Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)
Alat Tenun Tradisional
Wajo adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang terkenal sebagai daerah penghasil kain sutra Bugis yang cukup potensial.Di daerah ini terdapat sekitar 4.982 orang perajin gedokan dengan jumlah produksi sekitar 99.640 sarung per tahun dan perajin Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) berjumlah 227 orang dengan produksi sekitar 1.589.000 meter kain sutra pertahun. Khusus untuk pemintal benang sutra sebanyak 91 orang, sedangkan301 kepala keluarga bergerak dibidang penanaman murbei dan pemeliharaan ulat sutra dengan produksi 4.250 kilogram benang pertahun.
Para perajin sutra di daerah ini membutuhkan bahan baku benang sutra sekitar 200 ton atau sekitar 200.000 kilogram per tahun.Oleh karena bahan baku dari Wajo tidak mencukupi, maka paraperajin membeli bahan dari kabupaten tetangga seperti, Soppeng, Sidrap,Enrekang, dan bahkan diimpor dari Cina dan Thailand. Ada tiga bentukdan corak kain sutra yang diproduksi, yaitu: kain setengah jadi(seperti sarung, baju, dan selendang); kain berbentuk gulungan yangdapat dibeli permeter sesuai dengan kebutuhan; dan pakaian siap pakai (seperti: baju, jas, kerudung, kipas, dompet, dan tempat peralatan rias wajah).
Kain-kain sutra tersebut tidak hanya dipasarkan di Sengkang dan Makassar,tetapi juga ke beberapa kota di Pulau Jawa, seperti Cirebon,Pekalongan, Solo dan Yogyakarta. Bahkan telah menjadi produk ekspor dan menjadi incaran banyak desainer terkenal. Harganya pun bervariasi, yakni ditentukan oleh motif dan kualitas kain. Untuk bahan sutra dengan motif paye untuk ukuran satu setelpakaian wanita harganya berkisar antara Rp. 600.000,00 - Rp.700.000,00, sedangkan untuk motif yang bergaris harganya berkisarantara Rp. 450.000,00 - Rp. 500.000,00 per setel. Jika kain sutra itutanpa motif apa pun alias polos, harganya berkisar antara Rp.300.000,00 - Rp. 350.000,00 per setel.
Keistimewaan
Sentra kerajinan sutra di Wajo menyediakan berbagai macam motif kain sutra dan berkualitas tinggi. Motif kain sutra produksi daerah ini ada dua macam, yaitu motif tradisional dan non-tradisional. Motif tradisional atau yang lebih dikenal dengan motif Bugis ini terdiri dari motif sobbi, balorinni, baliare, cobo, sertamotif yang menyerupai ukiran-ukiran Toraja. Sedangkan motifnon-tradisional, ada yang berbentuk batik, bergaris-garis danpayet.
Untuk memperoleh kain sutra yang berkualitas tinggi, benang lokal dan impor tersebut dipadukan menjadi satu dan diolah dalam beberapa tahap.Pertama, kedua macam benang tersebut dimasak dengan sabun dan soda sekitar 1 jam dalam suhu 90 derajat. Tahap selanjutnya, kain tersebut dijemur selama 3 jam dengan suhu 50 derajat. Setelah itu, benang tersebut siap dipasang di mesin tenun dan diolah menjadi kain. Satu kilogram benang lusi dapat menghasilkan sekitar 40 meter kain, dan satu kilogram pakan dapat menghasilkan 12 meter kain. Uniknya, semua proses penenun dilakukan di kolong-kolong rumah mereka.
Lokasi
Sentrap roduksi kain sutra di Kabupaten Wajo tersebar di beberapa kecamatan, seperti di Kecamatan Tempe, Tana Sitolo, Sabbang Paru, Pamana, dan Sajoangin.
Akses
Kabupaten Wajo terletak sekitar 242 kilometer di sebelah timur laut Kota Makassar. Perjalanan dari Kota Makassar menuju ke lokasi dapat ditempuh selama kurang lebih 5 - 6 jam dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum antar kota.
Motif Motif SUTRA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar